Seri RIS 1950
Republik Indonesia

Seri Pemandangan Alam I (1951)
Uang kertas yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia memiliki beberapa ciri yang mirip dengan muntbiljet nya pemerintah Hindia Belanda:
1. Hanya terdiri dari pecahan 1 dan 2,5 rupiah
2. Bertulisan REPUBLIK INDONESIA (bukan Bank Indonesia)
3. Tidak memiliki tanda air (watermark) kecuali pada emisi 1964
4. Ditandatangani oleh Menteri Keuangan

Ditandatangani oleh Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumongan (3 April 1952 - 30 Juli 1953) sebagai Menteri Keuangan pada kabinet Wilopo. Uang ini memiliki gambar yang sama dengan seri sebelumnya dan juga dicetak oleh Security Banknote Company. Yang menjadi perhatian adalah 2 huruf pada nomor serinya merupakan lanjutan dari seri Pemandangan Alam I.

.





Seri yang terdiri dari 2 pecahan ini rencananya diedarkan untuk wilayah Kalimantan Utara semasa konfrontasi dengan Malaysia. Berikut cuplikan situasi saat itu yang saya kutip dari Kompasiana:
Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8 Desember 1962. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan menyandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris, dengan menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura.
Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia apabila mayoritas di daerah yang hendak dilakukan dekolonial memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh PBB.
Tetapi, pada 16 September 1962, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan, Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri. Tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai perjanjian Manila Accord yang dilanggar dan sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris masih berpengaruh.
Berikut pengumuman Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia pada 20 Januari 1963. Selain itu para sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase pada 12 April berikutnya.
Soekarno yang murka karena tindakan demonstrasi anti-Indonesian yang menginjak-injak lambang negara Indonesia, ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Soekarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato beliau yang amat bersejarah, berikut ini:
Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
.
.Setelah Irian Barat menjadi bagian dari RI pada tanggal 1 Mei 1963, pemerintah pusat segera mencetak dan mengedarkan uang kertas seri Irian Barat untuk digunakan sebagai pengganti mata uang gulden Nederlands Nieuw Guinea yang bergambar Ratu Juliana. Yang menarik terdapat perbedaan kurs antara rupiah Irian Barat dengan rupiah RI yaitu 1 rupiah IB sama dengan 10 rupiah RI. Kedua pecahan Irian Barat ini ditandatangani oleh Menteri Keuangan R.M Notohamiprodjo dan bergambar sama dengan seri Borneo
.
.
Bergambar sama seperti seri Borneo dan Irian Barat, seri Riau yang diedarkan 15 Oktober 1963 ini digunakan sebagai pengganti dollar Malaya yang sebelumnya berlaku juga di Riau, Singapura dan British North Borneo. Seri ini hanya berlaku sebentar saja, karena pada 1 Juli 1964 pemerintah memberlakukan rupiah sebagaimana berlaku di wilayah-wilayah RI lainnya. Seri ini juga ditandatangani oleh Mr. R.M. Notohamiprodjo.